Senin, 13 Juni 2011

Jodoh Itu Urusan Tuhan, Bukan?

Pukul 24.00, bunga nama panggilannya, melakukan sholat. Disaat malam larut itulah, ia merasa bahwa ketika dia sholat, dia merasa begitu dekat dengan Penciptanya, Tuhannya. Bunga adalah gadis smart, yang memiliki banyak teman, dan supel. Namun, ada satu yang mengganjal dihatinya sekarang ini, asmaranya.
Malam itu, dingin memeluk malam sangat erat, setelah selesai mandi untuk mengusir gerah, ia merasa ingin berdua saja dengan Khaliknya dalam khusyuknya shalat. Dia curahkan semua yg ia rasa dalam hatinya, seperti curhat kepada teman saja, ia menceritakan apa yg sedang ia rasakan selama ini, akhir-akhir ini, hal yg sangat mengganggu hidupnya, tidurnya, dan hari-harinya. Dalam doanya dia bertanya kepada Tuhannya, “Ya Allah, kenapa harus dia yg membuatku lemah tak berdaya seperti ini, mengapa harus kepada orang yg tak pernah masuk kedalam daftar tipe lelaki idaman hamba,? Kenapa Ya Allah? Apakah harus hamba akui, perasaan ini adalah fitrah darimu?”, pertanyaan-pertanyaan konyol, terlontar dari mulutnya melalui suara yg lirih.
Didalam isak tangis, sebenarnya didalam hatinya sedang bergulat pendapat-pendapat, sepertinya terjadi pertengkaran antara nurani dengan egonya. Nuraninya, mengatakan sesuatu yg nyata dan benar-benar masuk akal, sedangkan egonya, membisikkan hal-hal yg membakar emosi dan menambah kadar keegoisan dalam hati bunga. Rasanya seperti nyata, pendapat-pendapat itu keluar begitu saja dari nurani dan egonya, seperti diskusi panas :


Nurani : Bunga, bukankah kamu sudah pernah merasakan apa yg disebut hubungan khusus antara perempuan dan laki-laki *read:pacaran ? Dan kau mengaku bahwa kau jera. Lalu apa yg kau harapkan dari perasaan yg kau miliki saat ini untuk laki-laki yg mengisi hari-harimu itu, setelah sebelumnya kau tersakiti oleh laki-laki yg kau kenal sebelumnya.
Bunga: aku akui, aku ingin dia tahu, bahwa aku sangat mencintainya.
Ego : nah, karena itu, kamu harus cari tahu apakah dia mencintaimu atau tidak
Bunga : lalu bagaimana caranya?
Ego : ya temple aja terus dia, trus cari tahu bagaimana dia ke kamu melalui teman-temannya.
Nurani : lalu, jika kamu telah tahu bagaimana perasaannya kekamu , apa yg ingin kamu lakukan selanjutnya?
Bunga : …. (bengong, geleng-geleng kepala).
Ego : goblok banget, masa kaya gitu aja g tau harus ngapain, ya pacaran lagi, dong
Bunga : tapi ,,
Ego : tapi apa?
Nurani : tapi kamu takutkan?
Bunga : iya
Ego : takut apa?? Hahaha,, hari gini masih kuno kalo musti takut menghadapi kenyataan.
Nurani : kamu takut perhatianmu ke teman, sahabat-sahabatmu  hilang begitu saja kan, kamu takut perhatianmu ke keluargamu juga terhapus karena laki-laki yg amat kau cintai dan ternyata mencintaimu itu kan? Iya kan?
Bunga : he em (mengangguk)
Ego : hah? (kaget tak mengerti dengan jawaban bunga)
Nurani : kamu tahu bunga, mencintai seseorang adalah fitrah yg diberikan oleh Tuhan ke setiap manusia, kau harus mengakui dan mengimaninya itu benar-benar.
Bunga : he em, lalu apa yg harus aku lakukan, melihat aku dengan dia sekarang adalah teman, dan aku tidak mau kehilangan dia, karena jika aku kehilangan dia, sama saja aku kehilangan kebahagiaanku, lentera hatiku, tetapi jika aku terlalu mengharapkannya, aku takut, harapan itu berubah menjadi obsesi, dan ujung-ujungnya tidak baik juga, untukku atau dia.
Nurani : nah, itu sebenarnya kamu tahu. Ya sudah, jalani saja apa adanya, berteman lebih baik, bukan. Jika missal memang kalian berjodoh, dan sesuai dengan apa yg kamu harapkan, itu tak sulit bagi Allah untuk mewujudkannya.
Bunga : diam mendengarkan khusyuk
Nurani : jika cerita lain, semisal kamu pedekate terus sama dia, perlahan-lahan dia beneran suka sama kamu, trus kalian saling mengakui satu sama lain, apakah cukup hubungan kalian saling mengakui itu saja?
Bunga : tidak sepertinya, pasti akan makin berharap lebih, dan lebih lagi.
Nurani : yup, benar, dan sesuatu yg berlebih-lebihan, kau tahu sendiri, akhirnya tidak baik. Lebih baik, kalian tetap berteman saja, yg terpenting tetap menjadga komunikasi, iya kan? Dengan begitu, kamu tak akan kehilangan dia, begitu juga sebaliknya. Syukur Alhamdulillah kalau memang harapanmu terkabul.
Bunga : (tersenyum malu)
Nurani : bunga, tak seharusnya apa yg dikatakan ego itu tadi kau turuti.
Ego : (meringsut kabur dengan muka masam)
Nurani : Kau tahu, bunga. Untuk apa semua ini kamu pikirkan terlalu serius, sampai-sampai air matamu harus jatuh berlinang diatas pipi, manusia memang perlu berusaha, tapi tak seharusnya semua ini membuatmu bersedih dan resah. Bagaimanapun, kalau usahamu sudah sampai mati-matian tetapi Allah tak berizin, harapan juga akan tinggal harapan. Easy going saja, jalani apa adanya, perlu suatu saat dipikirkan, tetapi jangan terlalu larut dalam keseriusan. Karena, Jodoh itu urusan Allah, bukan?. Jangan terlalu rumit memikirkan sesuatu yg bukan menjadi kapasitasmu. Itu kapasitas Allah untuk mengurusi siapa yg akan menjadi jodohmu. J
Bunga : iya ya. Kenapa baru saja aku terfikirkan itu? Kemana saja aku selama ini? Kenapa aku terlalu naïf, buta, dan bodoh?
Nurani : karena otak kamu terlalu banyak teracuni dengan ego ketika kamu masih memiliki hubungan special dengan lelaki sebelumnya. Jadi, jangan dengarkan ego.
Bunga : Oh,,begitu ya.. (mengangguk-angguk mengerti).
Ego : ampun deh, gue kalah lagi sama nirani. Huh…
Nurani : (tersenyum simpul)
Bunga : Makasih nurani. Terimakasih Ya Allah.
Perdebatan malam itu selesai dengan tetesan air mata penyesalan Bunga. Menyesal karena selama ini dia tidak menomor satukan Tuhan sebagai alas an pertamanya dia jatuh cinta. Tidak ingat  Tuhan ketika ia mengakui sedang jatuh cinta. Air matanya yg jatuh sekaligus lambing syukur kepada Allah, karena telah menyadarkan dirinya melalui pergulatan egonya dan nuraninya yg tak pernah didengarnya selama ini. Sekarang, Bunga menyadari satu hal yg penting baginya, jodoh itu urusan Tuhan, bukan?

2 komentar:

Anonim mengatakan...

gimana kita mengetahui bahwa orang tersebut jodoh kita?
yang yang dialami ****** hampir sama dengan cerita diatas, tetapi bukan sebagai pacar, tapi sebagai pasangan hidup. Jadi, si pria yang duduk di Semester 10 saat ini sedang menyelesaikan skripsinya n hampir lulus. Saat ini, dia sangat memendam perasaan kepada seorang wanita yang duduk di semester 6. Sang pria, yakin sekali bahwa sang wanita tersebut adalah jodohnya. Dia mau mengungkapkan perasaannya, tapi dia tau si wanita tidak ingin pacaran dan si pria sendiri juga tidak ingin pacaran, si pria ingin pacaran setelah pernikahan.
Kalau ingin melamar kepada si wanita untuk menjadi istrinya, sang pria pikir2 karena si wanita masih mahasiswa, sedangkan si pria juga masih belum mapan. Menurut mbak sebagai seorang wanita, apa yang harus dilakukan pria tersebut? apakah harus menunggu jawaban dari Allah? sedangkan si pria tersebut merasa keyakinan tersebut datangnya dari Allah, meski g bisa menjelaskannya bagaimana bisa yakin itu datangnya dari Allah?

Dandelion mengatakan...

kehidupan ini tak semudah menapaki jalan raya yang lurus dan tak berbatu. jika memang hati telah mantab pada apa yg diyakini, bahwa dia adalah jodoh yang diberika Tuhan, mengapa tak segerakan saja niat baik untuk melamar si wanita, jika memang dari laki-lakinya sudah diap lahir batin, untuk membangun bahtera rumah tangga. segala niat baik InsyaALLAH ada jalannya, masih kuliah ataupun masih kerja pas-pasan, kalau memang Allah berkehendak, semua akan terjadi, positif thinking aja. :D
jawaban bukan dari pengalaman, karena pada dasarnya saya sendiri masih belajar bagaimana menebak rahasia Allah, siapakah jodoh saya, ya,, jadi mohon maaf jika jawabannya kurang ilmiah dan kurang tepat, :D

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates